Bruno MArz The LAzy Song

Kamis, 03 Mei 2012

SINOPSIS ANGGIA MURNI


ANGGIA MURNI

Pada suatu pagi, langit jernih cuaca terang , surya bersinar terang benderang. Alangkah ramainya orang datang berobat kerumah sakit umum di Bukitinggi, kota yang terbilang ramai dan permai di Andalas. Hawanya sejuk dan dingin, pemandangan alamnya bagus antaranya gunung singgalang.  Disana ada pemuda  pemuda yang sedang bercakap cakap. Diantara pemuda itu ada seorang perwira, alangkah gagahnya ia berdiri disana. Tak lama pula ada dua orang wanita, mereka tentu Ibu dan anak.
Hampir setiap pagi mereka datang ke RS, sudah 1 minggu lamanya. Waktu mereka lalu dihadapan pemuda-pemuda itu, perwira tadi berisik pada kawan-kawannya. Mendengar bisik itu semua mata memandang kearah ibu dan anak. Menilik rupanya putri tadi baru berumur delapan/ sembilan belas tahun. Badannya langsing, kulitnya putih kuning kemerah-merahan sedang rambutnya yang ikal mayang itu menutupi dahi dan telinganya. Menambah cantik dirinya. Pemuda itu memanggil dia dengan sebutan “Matahari” karena melihat sinar matanya berkilat kilat sebagai ada sesuatu cahaya yang keluar dari mata itu. Pemuda itupun ingin berkenalan dengan dia.
Sementara itu Ibu dan anak itu berjalan juga perlahan-lahan ke jurusan panorama. Membentang kecantikan alam yang sukar bandingnya. Ibu dan anak tadi terus masuk ke dalam taman bunga di pinggir jalan raya. Di dalamnya telah tersedia beberapa buah bangku supaya pengunjung yang datang dapat duduk-duduk melepaskan lelah, sambil menikmati keindahan alam. Mereka pun duduk dan sejenak terdiam, bagai terpesona oleh lembah ngarai. Seakan-akan pikiran mereka pun hilang hilang timbul sebagai anak air di lembah itu. Lama tiada yang memecah kesunyian alam. Hari itu kebetulan bukan hari libur dan selain mereka tak ada lagi pengunjung lainnya. “Anggia Murni” demikianlah nama gadis yangmendapat nama julukan “Matahari” dari para pemuda di rumah sakit tadi. Sedang mereka berkata lewatlah seorang wanita , tiba tiba dia berhenti di hadapan mereka. Pandangannya menunjukan seolah olah ia kenal akan Ibu Anggia dan dimukanya terbayang tanda. Tetapi belum sempat lagi bertanya Ibu Anggia telah lebih dahulu berdiri seraya mengulurkan kedua belah tanganya. Ternyata wanita itu adalah Saudara Ibu Anggia yang bernama Jauhari.
 Sudah lama mereka tidak bertemu , sejak berpisah di sekolah dahulu. Seperti pepatah “ Cuma bukit dan lembah yang tak dapat bersua “. Manusia selagi hayat di kandung, suatu masa, di izinkan tuhan, tentu akan berjumpa juga. Kedua sahabat karib yang sudah bercerai sekian lama itu berpeluk pelukan, untuk melepaskan rindu hati masing-masing. Sementara itu anggia berdiam diri saja melihat pertemuan kedua kerabat karib itu. Sampai akhirnya Zubaidah Ibu Anggia mengajak Jauhari duduk bersama di atas bangku, barulah di perkenalkannya Anggia kepada Jauhari. Dengan segera Anggia mengulurkan tangannya kepada Jauhari untuk memperkenalkan diri. Kemudian Zubaidah meneruskan percakapannya.
Zubaidah menceritakan semua kisah hidupnya selama belasan tahun tidak bertemu dengan Jauhari.Begitu juga Jauhari, setahun yang lalu Jauhari suaminya meninggal dunia setelah anaknya terlebih dahulu mendahuluinya. Air mata mereka berlinang. Suami Zubaidah meninggal demi menjalankan kewajibannya kepada ibi pertiwi. Kejadian yang di alami Zubaidah sangat mengguncang hatinya sehingga sekarang dia lemah. Setelah menh\ghela nafas panjang untuk melegakan tekanan.
Dahulu Zubaidah adalah murid yang sehat , tetapi sekarang menjadi orang yang sakit sakitan. Mereka berdiam diri seakan akan hanyut di bawa pikiran masing masing. Lebih lebih Zubaidah termangu-mangu saja mendengar curahan kalbu sahabat karibnya itu. Kemudian Zubaidah berkata pada pada Anggia. Mendengar perkataan itu anggia memandang kepada Ibunya dengan kasih sayang. Zubaidah dan Jauhari menyuruh anggia untuk pergi karena tidak baik Anggia mendengar kisah hidup mereka yang pilu.
Mulannya Anggia enggan pergi , begitu sayangnya pada ibunya. Tetapi setelah mendengar perkataan wanita itu, anggia pergi berjalan jalan ke dalam taman itu, seraya memandang alam yang luas di hadapannya itu. Anggia adalah seorang gadis yang berhati berlian, tak pernah jemu dan bosan merawat Ibunya. Anak gadis yang berumur seperti anggi lebih suka berhura hura, nonton film ataupun shoping. Lain halnya dengan Anggia, ia lebih suka mengrjakan pekerjaan rumah membantu Ibunya.
Ibu Anggia menderita sakit yang parah, namun ia tak pernah menceritakannya kepada Anggia , ia hanya bersikap seolah olah penyakitnya berangsur senbuh. Padahal keadaanya ibarat lilin yang pada akhir nyalanya, karena kasihannya Zubaidah pada Anggia, yang telah menjaga dan merawatnya sejak dia sakit. Zubaidah bingung apabila sepeninggalnya nanti, ia harus menitipkan Anggia pada siapa, saudara pun tak punya.
Mereka  tak berhenti  bercakap hingga akhirnya Zubaidah jujur akan rahasia yang di pendamnya selama ini. Bahwa Anggia bukan anak kandung Zubaidah. Setelah mendengar  bahwa ia tak bisa mengandung lagi, suami Zubaidah minta izin cuti selama 1 bulan dan mengajak berjalan jalan kepadang menghilangkan rasa sedihnya. Di sana banyak anak anak yang bermain, matanya tertuju pada seorang gadis kecil yang bermain di pinggir jalan. Tak beberapa lama dari jarak anak tadi terdengar suara mobil auto meluncur dengan kencangnya. Serentak zubaidah terkejut dan serontak berteriak dan berlari kearah gadis kecil itu yang sudah terjatuh di tengah jalan. Dengan perasaan takut dan gemetar Zubaidah memeluk anak itu.
Tiba tiba datanglah seorang perempuan yang berpakaian rapi dan bersih. Ia menggendong seorang anak perempuan pula sebaya dengan gadis kecil yang terjatuh tadi. Wanita itu berterimakasih dengan terharunya , ia menceritakan semua tentang anak itu. Zubaidah girang mendengar cerita tadi . Tiba tiba timbul dalam pikiran zubaidah untuk mengadopsi anak itu. Lagi pula anak itu tampaknya sayang kepada zubaidah. Sementara itu dia tak henti hentinya memeluk Zubaidah. Alangkah terharunya perasaan Zubaidah waktu itu. Dan hasrat itu untuk mengadopsi anak itu disampaikan kepada wanita tadi . Anak tadi adalah seorang anak Demang Muda ( Camat ) yang mendapat kecelakaan mobil, tak berapa jauh dari rumah wanita tadi.
Sesudah berunding maka mufakatlah , bahwa zubaidah yang akan mengasuh gadis kecil tadi. Esok harinya ia mengunjungi lagi rumah wanita itu untuk mendengar keputusan yang pasti.  Keputusan telah jelas akhirnya Anggia Murni sejak saat itu menjadi anak Zubaidah. Anggia sangat di kasihi seperti anak mereka sendiri , dan di jadikan ahli waris keluarga mereka.  Oleh karena itu sanak saudara dari almarhum Suami Zubaidah tidak suka , meskipun mereka tidak tahu, bahwa Anggia sebenarnya anak angkat mereka.
Waktu selesai bersalin Zubaidah tidak pulang kampung sehingga tidak ada yang tahu, bahwa anak merka telah meninggal. Lega sudah setelah Zubaidah menceritakan kegundahan hatinya itu kepada Jauhari. Dan sedikit meringankan penderitaan hatinya.
Setiap hari setela pertemuan itu, sering kita melihat ibu dan anak serta Jauhari bersama-sama jaranglah mereka berpisah. Dan selama bergaul itu Jauhari belajar mempelajari sifat sifat anggia Murni yang memang baik.  Pada suatu hari mereka duduk duduk di taman bunga Ngarai. Mereka acap kali kesana kemari tak bosan bosan memandang keindahan yang di hadapannya itu. Alangkah beruntungnya zubaidah memiliki anak gadis seperti Anggia.  Ada seorang laki laki bernama Arinal ia keponakan almarhum suami zubaidah. Arinal sangat sayang dan santun kepada Zubaidah dan Anggia.
Semenjak ibunya meninggal dia tinggal bersama Zubaidah. Dia juga yang sekarang mengurus perdagangan almarhum suami Zubaidah. Sebenarnya sudah lama mereka hendak pindah kerumah yang satunya tetapi rumah itu dirasa terlalu besar dan Arinal pun tidak mengizinkan Zubaidah untuk pindah, karena ia pun kan  merasa sunyi tinggal sendiri di rumah itu.
Ada hal yang melarutkan lagi , pada suatu hari karena pen yakit sudah parah benar dan zubaidah kira akhir hayatnya sudah dekat. Zubaidah menceritakan dengan lemah lembut bahwa anggi bukan anak kandungnya. Bukan maksud untuk melukainya, hanya agar dia tahu dan zubaidah tak berdosa menyimpan rahasia itu. Mulanya Anggia terkejut mendengar cerita itu. Semenjak itulah kasih sayang pada Zubaidah makin bertambah juga, makin giat merawat Zubaidah seakan akan ia ingin berterimakasih. Dan atas permintaan Anggia akhirnya Zubaidah berobat kerumah sakit di Bukit tinggi.
Sampai begitu lama maut masih menjauh dari diri Zubaidah. Seperti juga akan menghindarkan Angia dari duka yang nestapa dan kepiluan hati. Apalah jadinya Anggia kalau Zubaidah kini pergi , tentu dia akan merasa sangat kehilangan. Tetapi sangkanya menempuh segala penghidupan itumudah. Seperti pepatah “ Dimana ada kemauan disana pasti ada jalan yang terbuka. Anggia belum mengerti arti kehidupan yang sesungguhnya , karena dia masih belia. Tidak dengan Zubaidah dan Jauhari yang hidupnya sudah tua dan mengalami banyak rintangan hidup. Zubaidah takut kalau kecantikan Anggia bahkan pula yang kan menyusahkan dirinya. Apalagi Ibu yang mendampinginya nanti akan pergi. Timbulah dalam pikiran Zubaidah kalau nanti dia pergi mendahului Jauhari , ia ingin Jauhari menemani Anggia.
Agak lelah nampaknya Zubaidah selesai bercakap dengan Jauhari selama itu. Sebab itu segera di potong pembicaraan Zubaidah oleh Jauhari. Ia berkata pada zubaidah untuk tidak mengingat ingat hal tersebut lagi. Sekian lama mereka berpisah , sudah bertemu Zubaidah mnegatakan ingin meninggalkan mereka pula. Tetapi seandainya terjadi pula apa yang hendak dikata, tidak saja Anggia akan tinggal bersama dengan Jauhari di pariaman. Alangkah senang hati Zubaidah mendengar perkatan jauhari.
Tak lama antaranya Anggia pun pulang dari melihat orang main teniis. Maksud mereka itu dikatakan Zubaidah kepada Anggia. Sesudah itu mereka pulang ke tempat dimana masing masing mereka menginap. Sesampainya di hotel Merdeka tempat Jauhari meninap, ia duduk termenung memikirkan nasib Zubaidah dan Anggia.
Anggia Murni, dari namanya pun sudah terlihat bahwa dia gadis yang cantik. Jauhari pun bahagia melihat kecantikannya apalagi Arinal, seorang yang tampan pula. Arinal pemuda yang terpelajar dan terkemuka dalam masyarakat kampungnya. Sudah sering ia bergaul dengan wanita, dalam pergaulannya ia terpandang mulia dan jujur. Belumlah orang mengatakan ia orang yang kurang baik. Sebagai      seorang ksatria ia selalu membela teman-temannya dan terhadap wanita iah ormat sekali. Semboyannya : “ Ibunya pun seorang wanita “.
Baik juga sekaranng Anggia di nasehati , supaya terhindar dari peristiwa yang tidak menyanangkan hati. Terutama karena Arinal telah bertunangan dengan Yusnani, anak saudaranya , Datuk Penghulu Sati, seorang saudagar yang terbilang kaya raya di Padang.
Beberapa hari setelah itu Anggia terpaksa meninggalkan Ibunya untuk suatu keperluan.sesudah dicium Ibunya dengan penuh mesra dan kasih sayang dsn berpesan kepada bundanya supaya baik baik di rumah, ia pun pergi. Dengan cepat ia pergi dengan harpan ia cepat kembali pula. Tak senang hatinya meninggal kan Ibunya sendiri di rumah. Tak lama berjalan ia tertegun, ada seoran laki laki yang sudah setengah umur terjatuh di jalan. Karena Anggia seorang gadis yang santun ia segera menolong orang tadi. Di belakangnya ternyata ada seorang laki laki yang mengawasinya, kira kira dia berumur 25 tahunan, badannya tinggi dan tegap. Pada wajahnya ter bayang kemuliaan hati. Dia membantu Anggia menolong laki laki yang terjatuh tadi. Pemuda itu segera bertanya pada Anggia , di jawabnya dengan penuih sopan dan lemah lembut.Mereka berpisah tanpa mengetahui nama masing masing.
 Setelah Anggia pergi, maka Arinal memang pemuda tadi ialah Arinal yang baru saja datang dari Pariaman ke Bukitinggi. Selagi Arinal berbincang dengan Rusli Anggia telah sellesai pula mengurus keperluannya. Jauhari yang menginap di Hotel Merdeka berpikir pikir juga , bagaimana caranya ia harus menolong Zubaidah dan Anggia Murni.
Petang hari Arinal mengajak bibinya menonton film, yang kebetulan di pertunjukan malam itu.Karena Jauhari Sayang dengan anak itu maka ia mnyetujuinya. Mereka pergi dan mengambil tempat di lose. Selesai pertunjukan Arinal mengantar bibinys ke hotel Merdeka, dan minta izin mengunjungi kawan kawannya. Mereka menunggu di hotel muslim. Anak muda kalau berkumpul kumpul suka memuji atau mencaci. Arinal memutuskan bahwa besok ia akan berjalan-jalan pagi ke ruamh sakit. Hasratnya benar benar dia ingin melihat Anggia, biarpun hanya sekali. Dalam hati Arinal ikut pula ia menamakan anggia Matahari. Menyesal benar waktu itu ia tak sempat berkenalan dengan Anggia.
Tak di sangka sangka malam itu Zubaidah menghembuskan nafas terakhirnya, dalam pangkuan anak angkatnya Anggia Murni. Tak sedikitpun di bayangkan Anggia,3 hari belakangan Ibunya terlihat sehat , namun ia akan pergi secepat ini. Malam itu juga disuruh Anggia mnegabarkan hal itu kepada Jauhari di hotel Merdeka. Bukan main terkejutnya Jauhari mendengar berita yang menyedihkan itu. Di panggilnya arinal dan dengan segera ia menceritakan hal itu. Dengan segera mereka pergi ke tempat Zubaidah menginap.   
Sesampainya di sana, di dapati Anggia sedang menjaga mayat Ibunya. Amat sedih hati Jauhari melihat keadaan anggia yang sedang menangis. Wajahnya pucat hampir sama dengan mayat Ibunya. Tetapi tak mengurangi cantik parasnya. Kini anggia benar benar sendiri. Pada saat itulah arinal bertemu dengan Anggia yang ternyata anak dari Karib bibinya.Zubaidah meninggal tanpa meninggalkan pesan apapun kepada Anggia. Zubaidah meninggal dengan sangat tenag dan di pangkuan Anggia.
Setelah dokter datang , dapat keterngan bahwa Zubaidah telah meninggal, segeralah mayat Zubaidah di kuburkan sekitar pukul sebelas siang. Setelah selesai semua yang bersangkut dengan kematian zubaidah, Anggia di ajak oleh Jauhari pindah ke otel Merdeka. Mulanya Anggia agak bingung menrima ajakan itu, ia segan akan Arinal. Namun Ia ingat akan pesan almarhum ibunya. Arinal pun memulai pembicaraan dengan Anggia bahwa pertemuan ini bukan yang pertama kalinya. Mendengar itu Jauhari tercengang , kemudian di ceritakannya hal tersebut kepada Jauhari. Akhirnya Anggia mau ikut serta dengan Jauhari dan Arinal. Lusa setelah selesai semua urusan , kembalilah mereka ke Pariaman.
Anggia masih canggung dan kemalu maluan meskipun sudah seminggu tinggal disana. Canggung, karena merasa diri tak berarti di gedung ayang indah itu. Apalagi sekarang ia amat sunyi bner sesudah di tinggal Ibunya. Anggia sangat di sayang oleh Jauhari, makin hari perilaku dan sifat Anggia di pelajrai oleh Jauhari.  Anggia benar benar budi pekertinya halus, ia tahu bahwa ia menumpang bukan di rumahnya sendiri, tahu menggerakan kasih sayang orang lain.  Arinal apapun yang terkandung dalam hatinya ingin sekali ia mngutarakan kepada Anggia. Tetapi tak di utarakannya mengrti dengan keadaan Anggia.
Namun juga sudah kemauan alam  jiwa laki laki dan perempua saling jatuh cinta. Anggia selama ini belum pernah mengenal cinta , sekarang merasa ada sesuatu menyelinap ke dalam kalbunya, tak dapat diartikannya.Selama ini hatinya masih suci dan bersih. Selain Ibunya belum pernah ada satupun orang yang mngambil hatinya. Apabila bertemu dengan Arinal, Anggia merasa hatinya bergetar. Jadi Anggia pun menyimpan rasa yang sama dengan arinal. Anggia hanya menyimpan perasaan itu, lebih-lebih dia tahu bahwa Arinal telah bertunangan dengan yusnani.
Melihat bagaimana pergaulan dua anak muda itu yang sama sama dapat menyimpan perasaan maka tenanglah hati jauhari. Apalagi jauhari lah yang membawa Anggia murni ke Pariaman.Sebulan sesudah Anggia bersama dengan jauhari. Selama itu ia sudah mulai bisa bergaul dengan jauhari dan Arinal. Anggia selalu membantu pekerjaan Jauhari seperti dulu dia selalu membantu Ibunya. Anggia tiddak senang apabila dia harus duduk berpangku tangan.
Pada malam itu Anggia sedang duduk bersama Jauhari, Anggia di tawarkan bermain piano. Kebetulan pada malam itu Arinal ada di rumah. Mulanya Anggia agak ragu memainkannya , namun setelah beberapa menit ia mulai terbawa oleh peraasaan seni. Tidak di sengaja ia ikut bernyanyi terbawa lagu yang di mainkannya. Alangkah halus dan merdunya suara Anggia, Anggia juga pandai bermain gitar. Tidak bisa dikatakan lagi perasaan Arinal pada waktu itu.
Pada suatu hari Jauhari  mencoba bertanya pada Arinal sebab dia agak berubah sesudah mendengar suar anggia . Namun Arinal tak menanggapinyha apa apa. Tak lama beberapa hari setelah Jauhari menreima surat yang isinya Arinal akan menerima kedatangan Yusnani 2 atau 3 bulan lagi. Sedari dulu arinal tak begitu suka dengan Yusnani meskipun gadis itu cantik, anak bangsawan dan terpelajar. Yusnani suka mempermainkan hati laki laki meski dia telah bertunangan dengan Arinal.
Pada suatu malam Anggia berdiri di bilik kamarnya. Bulan purnama bersinar terang benderang awan bergerak antara nyata dan tidak menutup langit yang membentang di taburi beribu ribu bintang yang berkelip kelip indah sekali. Tengah Anggia Asik memandang keindahan itu, tampak olehnya sinar lampu di papiliun Arinal.
Pikiran Anggia melayang kepada Arinal. Menurut cerita bibik jauhari Arinal adalah ahli waris tunggal dalam keluarganya. Anggia sama sekali tidak tahu pendirian Arinal karena mereka jarang bercakap-cakap. Ada sesekali mereka bermain tennis bersama karena di suruh jauhari tetapi percakapan mereka hanya tentang sehari hari tidak pernah sampai membahas family. Tetapi kelihatannya Arinal menyimpan simpati dan Empati pada Anggia. Simpati dan Empati !!!! Waktu Anggia pertama kali berjumpa dengan Arinal di Bukittinggi dulu, suatu rasa menyelinap ke dalam hatinya, selama ini belum pernah ia rasakan.
Ganjil benar perjalanan hidup anggia. Dengan di sangka sangka ia bertemu dengan  Arinal di Bukittinggi. Dan sekarang dia tinggal bersama dengan anak muda tersebut. Jauhari telah menceritakan kepada anggia dengan terus terang semua tentang Arinal. Baik sekali Jauhari mau menceritakan hal itu kepada Anggia. Kemudian karena malam telah larut dan hari mulai dingin . Dengan penuh rasa terima kasih kepada Jauhari di pejmkannya matanya. Ia berjanji dengan dirinya , semoga dapat membalas budi perempuan yang mulia dan budiman itu.
Dan Arinal susah payah memerangi cinta, yang mulai 5bersemi dalam hatinya. Sedapat mungkin dia memendam rasa itu. Hanya persahabatan saja yang boleh dia perlihatkan kepada Anggia. Belum pernah seorang wanita pun mengetik pintu hati Arinal. Waktu makan pagi, di beritahukan oleh jauhari bahwa yusnani lusa akan sampai di Pariaman, di antarkan oleh Datuk Penghulu Sati. Bagaimana perasaan Arinal waktu itu jelas terbayang wajahnya. Dengan cepat ia memandang kepada Anggia, ingin tahu bagaimana perasaan Anggia, karena Anggia menunduk saja  ke piringnya. Kalau Yusnani telah datang Anggia akan payah di buat oleh Yusnani. Yusnani sifatnya kekanak-kanakan karena selalu di manja oleh ayahnya. Yusnani tidak akan membiarkan Anggia senang diam dan selalu akan mengerjakan segala suruhan Yusnani. Yusnani tidak suka ketenangan dan kesunyian , kehendaknya harus selalu dituruti.Jauhari menawaarkan pilihan akan menemani Yusnani atau mengerjakan pekerjaan rumah. Sementara itu Arinal mebuang muka kepada Anggia. Anggia terlihat seperti orang yang menahan tangis yang hendak keluar.Arinal memandang kepada Anggia Murni, yang hanya menundukan kepala.
Keesokan harinya kira kira pukul sebelas siang , sampaialh Datuk penghulu Sati dan yusnani di Pariaman. Mereka di sambut oleh Jauhari dan arinal dengan ramah tamah. Anggia kebetulan tidak di rumah. Sesudah ia mengurus segala sesuatu untuk menyambut tamu dari padang, ia pergi mengurus suatu pekerjaan. Yusnani seorang gadis cantik dan badannya besar gerak geriknya tangkas dan cepat. Datuk penghulu sati berbeda dengan yusnani , ia jelas benar kelihatan bangsawan asli. Umurnya kurang lebih 50 tahun. Meskipun begitu dia terlihat gagah dan badannya tegap, waktu muda ia gemar sekali berolahraga. Berbeda dengan yusnani. Ibu Yusnani , telah lama meninggal. Bagi Datuk Prnghulu sati mahrum istrinya adalah sebagai Yulia bagai Romeo atau Khadijah bagi Muhammad. Sampai saat ini walaupun dia telah lama meninggal belum ad yang bias menggantikannya. Datuk benar menyayangi anaknya. Apalagi Yusnani adalah amnak tunggal, anak satu satunya yang di amanatkan oleh istrinya. Namun aneh , karena kasih yang terkandung dari seorang ayah kepada anaknya tidak terasa kepada yusnani. Waktu mereka sedang berkumpul bersama tiba tiba Yusnani menanyakan Anggia. Tak lam adiantara mereka tibalah Anggia.
Waktu ia masuk kedalam ruang itu dia sangat di perhatikan oleh Datuk Pengulu sati. Anggia sangat terkejut melihat perilaku Datuk Penghulu Sati. Anggia di suruh mengambil air minum untuk Datuk penghulu Sati. Perilaku Datuk yang seperti itu ternyata karena anggia mirip dengan Alm. Istri Datuk Penghulu S yaitu siti Dina. Untuk membuktikannya di ambil sebuah kalung yang di dalamnya terdapat sebuah foto yang benar benar mirip dengan Anggia. Gambar itu serupa benar dengan anggia . Semuanya , matanya, hidungnya , mulutnya, sedikitpun tak ada beda. Demikian pula pandangan matanya. Anggia dibawa ke dekat jendela oleh Jauhari dan menyamakan rambut siti dina dengan anggia. Rambut itu sama baik warna maupun halusnya. Semua orang memandang Anggia dengan takjub dan menatapnya dengan tatapan heran serta menunjukan kasih saying yang amat sangat. Yusnani dan Arinal , mereka hany terdiam dan keheranan.
Beberapa malam sesudah itu, sesudah makan malam mereka pergi duduk ke ruang tengah yang telah terang benderang oleh cahaya lampu. Diminta oleh jauhari Anggia duduk di dekat piano. Kemudian jari jarinya menari nari di atas tuts piano.  Lalu ia pun bermain sebentar diantaranya kedengaran bunyi music yang merdu memenuhi ruangan itu. Anggia sengaja tidak bernyanyi, karena segan akan Datuk Penghulu S. tapi dia di minta untuk bernyanyi oleh Jauhari, terpaksa ia mengambil Gitarnya. Arinal memandangi Anggia dengan penuh perhatian . Dalam hati yusnani mulai terbit rasa cemburu dan dengki pada Anggia, sebab si rumah itu seakan akan berputar  pandangan kepada Anggia. Dengan agak kemalu maluan , anggia duduk di sebuah kursi rendah tak bertangan dan membelakangi piano. Arinal sengaja mencari tempat duduk di bagian yang agak gelap, supaya leluasa memandang wajah Anggia yang telah menawn hatinya itu. Semua terpesona mendengar suara Anggis yang merdu itu. Ibarat suara dewi dari kayangan. Sunyi senyap dalam ruangan itu habis lagu itu di nyanyikan Anggia. Arinal sedikitpun dia  tak berkedip melihat Anggia. Ia lupa akan waktu , lupa dimana dia berada.  Anggia dengan keagungan dan lemah lembut budi bahasanya. Yusnani agak manja.
Besok paginya, Datuk penghulu Sati pulang ke Padang dan Yusnani akan tingagl di Pariaman tiga minggu lagi. Pada suatu petang pulang main tennis , Anggia dan arinal di ajak Yusnani berjalan jalan ke tepi laut. Anggia hanya mengucapkan terimakasih saja karena ada keperluan yang harus di selesaikan sore tiu. Kira kira dua minggu sesudah itu datang Datuk Penghulu Sati ke pariaman . Katanya dia tidak betah seorang diri saja tinggal di Padang dalam gedung yang besar. Semenjak Yusnani di Pariaman sehari hari gedung besar itu penuh dengan tamu, karena gadis itu suka benar dengan beramai-ramai.
Bustaman di pesan kan pula oleh Jauhari , hanya bustaman yang mencintai Yusnani dengan sepenuh hati. Yusnani sadar bahwa Arinal tidak mencintainya dan hanya bustaman lah yang benar benar menyukainya Akhirnya Yusnani mulai berubah. Yusnani berharap apabila ia lama bergaul dengan Anggia dia akan meniru tabiat Anggia. Yusnani insaf bahwa ia takkan memiliki hati tunangannya. Sebab sudah di katakan , tiap di coba  selalu nihil hasilnya. Kemudian di lihat lihat Bustaman lah yang akan menjadi pendampingnya. Ia bermaksud akan membalas cinta bustaman yang suci kepadanya. Tetapi di hatinya masihsakit kepada Anggia.  Sebagai seorang perempuan ia tahu bahwa Anggialah yang mencuri hati Arinal dan dalam hatinnya mengaku bahwa ap yang ada dalam diri Anggia itu lebih dari segalanya.Demikianlah, telah terjalin cinta yang baru antara Yusnani dan Bustaman.
Itulah satu satunya sifat yang mulia gadis itu tidak loba dan tidak tamak. Hal itu yang melegakan dada dan pikiran Arinal.Sebagai telah lepaslah sebuah beban yang berat . Ia tidak putus harap mendapat kenyataan dia akan berhasil mendapatkan Anggia. Dan cintanya tidak akan sia sia, ibarat batu jatuh ke lubuk, Ia akan mencari sebisanya. Walaupun dia harus mengorbankan hartanya. Tidaklah apa apa bila ia dapat memiliki Anggia.  Lagi pula arinal masih mudaa dan sehat ia akan mampu mencari nafkah tanpa hrusmengandalkan warisannya. Bukankah hal itu lebih baik. Di samping itu Anggia adalah orang yang sederhana dan tidak suka berlebih-lebihan.  Alangkah bahagia Arinal dia sekarang hendak berhasil mendapatkan Anggia. Arinal sebenarnya Iri dengan Datuk Penghulu Sati karena dia dekat sekali dengan Anggia sebagai bapak dengan anak kesayangannya.
Pada pemandangan Arinal , Datuk penghulu Sati meskipun sudah separuh baya ia masih bias menarik hati perempuan , asal mau. Memikirkan yang demikian , merasa seolah olah Jantungnya di tusuk tusuk. Bukan main pedih sakit hatinya. Sebab itu dia bimbang dan ragu , untuk itu di usahakannya sedapat mungkin ia mendapatkan gadis itu.
Arinal hendak berusaha mencari kepastian agar jangan di dahului Datuk Penghulu Sati . Pikirannya kalau Ia telah tahu isi hati anggia terhadap dirinya sebelum ia melepaskan kekayaan itu dan sebelum Anggia menjadi istrinya. Setiap hari selalu saja muncul pikiran yang m,uluk muluk dalam pikiran Arinal, tetapi belum ad kesempatan untuk memiliki Anggia. Selain itu pergaulan Datuk Penghulu Sati dengan Anggia semakin dekat saja. Dan bibit cemburu dalam hati Arinal makin bertambah.
Pada suatu malam merek bermain music dan yusnani  di minta oleh Jauhari untuk memainkannya. Setelah bermain piano, yusnani  mengambil gitar Anggia dan mencoba untuk memainkannya. Tetapi karena Yusnani tidak bisa dan merasa malu kemudian juga tidak mendapat sambutan seperti  kepada Anggia. Lalu ia melempar gitar itu sampai jatuh dan rusak. Semua yang hadir terkejut meihat sikap Yusnani itu. Apalagi Bustaman yang malam itu hadir pula. Ia tajam memandang Yusnani , hingga muka yusnani  merah padam. Bustaman lalu berdiri hendak mengambil gitar itu namun telah di dahului oleh aina. Dengan hati hati ia mengambil dan dilihatnya. Namun rupanya gitar tersebut sudah tidak dapat di perbaiki  lagi. Perasaaan Anggia waktu itu hanya dirinya dan Tuhan lah yang tahu. Ia tak berkata apa apa. Muka Anggia terlihat pucat , tetapi  dia gadis yang sopan , ia hanya diam.
Datuk Penghulu Sati sangat marah pada Yusnani . banyak kata kata yang di ucapkan sampai ia tidak sadar sedang dimana Ia berada. Tetapi setelah kejadian itu perilaku Yusnani beubah , ia sudah mulai sabar dan hormat pada orang tua. Boleh jadi karena pandangan Bustaman yang sangat tajam pada waktu itu. Atau karena malu akan Anggia dan Arinal.Kepada Anggia Yusnani sudah tidak kasar lagi, dan mencari persahabatan dengan Anggia. Sudah beberapa kali Yusnani ingin mengganti gitar yang rusak itu namun, selalu saja di tolak oleh Anggia. Karena pergaulannya dengan anggia Yusnani mulai ikut bergabung di berbagai perkumpulan Palang Merah pun di ikutinya . bukanmain hati Bustaman melihat tingkah laku Yusnani. Demikianlah akhirnya pertunangan antara Yusnani dan Bustaman di umumkan dan 2 bulan berikutnya baru lah dia menikah.
Sesudah perundinganselesai Datuk Penghulu Sati dan Yusnani kembali ke Padang dengan perjanjian bahwa Jauharidan Anggia lah yang nantinya akan mengurus pernikahan Yusnani dengan Bustaman. Lega dan lapang dadalah Jauhari setelah Yusnani kembali ke Padang. Terutama Anggia karena dia tidak akn repot lagi membersihkan dan merapikan rumah itu karena perbuatan Yusnani.
Pada suatu hari Anggia kembali mengambil bunga dari taman . bung aitu terlihat segar . Kemudian Anggia bertemu dengan Arinal di teras rumah. Anggia ingin mengucapkan salam saja namun Arinal menahan dan mengajaknya mengobrol. Angga senang melihat wajah arinal yang gembira. Karena beberapa hari paras anak muda itu terlihat murung dan gundah. Mereka asik mengobrol, Anggia tersenyum manis dan tertawa dengan lucunya bertambah kencang lah debar jantung Arinal memandang wajah Anggia. Mata bertemu mata ba desir menggelombang di lubu hati. Wajah Anggia menjadi merah sam pai telinga dan lehernya. Namun pandangan di potong Anggia dan ia mencari alasa untuk pergi. Maksudnya untuk menghindari obrolan lebih ama lagi dengan Arinal. Ia bergegas masuk rumah tetapi Karena terburu buru eranjang itu jatuh dan terlepas bunga bunganya itu erjatuh berserakan. Dengan gugup Anggia membungkuk mengumpulkan bunga bunga tiu. Dengan bersamaan Arinal membantunya dan tangan mereka besentuhan. Tetapi hanya sebentar saja mereka segera mengalihkan pandangan. Semenjak saat itu Anggia susah untuk menghindari Arinal. Bagaiman ajuga mereka satu rumah. Tetapi jurang yang dalam memisahkan mereka amat dalam.
Anggia sangat menyayangi Arinal , tetapi untuk keselamatan Arinal ia harus mengorbankan cinta yang berarti harus mengorbankan kebahagiaan. Demi Arinal ia rea. Anggia tahu bahwa cinta yang tak berkorban bukanlah cinta yang sebenarnya. Demikian waktu berjalan sampai saatnya Jauhari dan Angia pergi ke Padang untuk mengurus pernikahan yusnani.
Sepeninggal Jauhari dan Anggia , Arinal terpaksa sendirian di rumah. Sewaktu Anggia masih di Pariaman Arina berpiki ,tentu gadis itu takan mau menikah denga rang yang tak di cintainya. Tetapi sekarang setelah Anggia pergi ia mersa gundah dan bimbang. Sepanjang hari ia memikirkan AnggiaMemang alangkah sakit dan perihnya, jika cinta yang mulai bersei dalam sanubai akan di renggutkan oleh nasib.
Telah siaplah pernikahan Yusnani dan Bustaman di langsungkan dengan meriah dan dalam Susana yang gembira. Datuk penghulu sati sengaja meramaikan hari pernikahan yusnani.Dalam pernikahan itu arina memandang anggia di tengah perumpuan yang banyak itu.Malam itu akan lebih gembira dan meriah lagi ketika teman teman bustaman dating sekitar pukul sebelas.
Di malam itu banyak sekali pertunjukan , pertunjukan itu di rekam pula untuk kenang kenangan. Selesai resepsi pernikahan , Jauhari , Anggia dan Arinal kembali ke Pariaman, sedangkan yusnani seminggu lagi baru berangkat ke padang panjang. Tinggalah ayahnya seorang diri dipadang mendiai rumahnya yang besar dan sunyi. Karena tidak betah dan kesepian ia pergi ke pariaman mendatangi anggia.
Demikianlah, hingga tiba bulan puasa dan disusul hari raya idul fitri. Mereka bersama sama dengan yusnani merayakan hari besar dan mulya itu di Pariaman. Kebetulan hari ulang tahun anggia murni jatuhnya bersamaan dengan satu sawal. Sebetulnya hari ulang tahunnya tidak diketahui. Oleh sebab itu zubaidah mengambil hari dan tanggal ia mula mula berjumpa dengan anggia. Mereka yang menyayanginya bermaksud hendak member hadiah dan tanda terima kasih atas budinya yang telah mereka trima selama ini. Sebelum makan pagi mereka berkumpul di ruang tengah. Disitulah mereka saling maaf memaafkan kesalahan dan kehilafan masing masing dengan harapan moga moga tahun yang akan datang lebih membawa rahmat dan bahagia.
Kemudian anggia dibawa oleh jauhari kedekat jendela diman ada sebuah meja bertutupkan sutra putih yang amat indah. Satu persatu barang barang itu diambil oleh jauhari, diperlihatkannya kepada anggia. Mula mulasebuah kotak kecil diatasnya bertuliskan “ dari datuk penghulu sati unuk anggia murni, akan ganti trimakasih atas hiburannya selama ini” . kotak itu dibukak oleh jauhari. Tutupnya terbuka memancakancahaya yang gemilang dari dalamnya. Benda itu diambil olehnya isinya sebuah liontin emas yang bertahtankan berlian yang besar besar dan mahal. Didalam iontin itu terdapat gambar kecil seperti gambar almarhum siti dina dan disebelahnya oto anggia yang berpakaian seperti putri yang sangat cantik.
Setelah melihat bersama sama liontin itu dipasangkan dileher anggia. Sesudah itu diambil pila oleh  jauhari kotak yang agak besar. Isinya sebuah gelang emas yang berukir amat indah. Ditengah tengahnya sebuah permata dikelilingi oleh beberapa butir berlian yang sangat bagus cahayanya. Dibawah gelan itu terlampir secarik kertas bertuliskan “ Terima kasih atas music yang merdu “ dan disebelah dalam gelang itu terukir nama arinal.
Demikianlah jauhari memberikan hadiah untuk anggia. Dari dia sendiri anggia menerima cincin dan berbagai barang lain dan ditengah tengah semua itu terletak sebuah gitar yang masih baru dan berkilat. “ Dari yus untuk Anggia “ . demikian tulisan yang terdapat pada secarik kertas.
Melihat pembarian itu anggia tak berkata apapun. Dadanya sesak, penuh oleh berbagai macam perasaan. Perasaan malu bercampur terima kasih yang tak terhingga, menyebabkan air matanya membasahi pipi. Lama juga ia menangis maka ia mengambil sebuah tisu.
Tidak dapat anggia mengeluakan kata kata terima kasih terhadap orang orang yang disayanginya itu. Setelah bercakap cakap, datanglah untuk pindah kemeja makan. Disana tidak kurang tersaji makanan yang enak enak serta indah hiasannya. Buatan tangan jauhari sendiri disediakan untuk hari ulang tahun anggia. Malam itupun sangat meriah, banyak kawan kawan anggia dan arinal yang meramaikan. Karena permintaaan yang sangat dari yusnani, yang sudah beda sikapnya teraksa anggia menyanyi. Semua tamu tercengang mendengar suara sopran yang begitu merdu dan nyaring. Mereka serasa di ayun dan dibuai oleh bunyi piano, gitar, dan suara anggia yang penuh irama.
Dalam suasana gembira itu ayah yusnani menerangkan sekali lagi bahwa ia sangat saying kepada anggia seperti kepada anak sendiri. Terutama karena wajah gadis itu mirip dengan alamarhum istrinya. Bilamana datuk penghulu sati bersama yusnani dan suaminya telah berangkat suasana dalam rumah dipariaman kembali seperti biasa. Sesudah arinal mendengar keterangan yang melegakan dari mulut datuk sendiri.
Pada suatu petang tidak dirumah karena menyelesaikan pekerjaan, anggia pergi ke kebun dengan sebuah buku ditangannya. Disana ada sebuah punjung dilingkari oleh bunga bungaan yang menjalar indah. Kesanalah maksud anggia sebab dalam punjung itu ada sebuah meja dan bangkunya. Kepergian anggia diperhatikan oleh arinal. Kira kira sepuluh menit antaranya, menyusul , berjalan perlahan lahan supaya agar anggia tidak mengetahui keberadaannya.
Anggia duduk di atas bangku, di pangkuannya terdapat sebuah buku yang di bawanya tadi. Tetapi buku itu tak di bacanya. Ia hanya bertopang dagu seperti memikirkan sesuatu. Lau dia menangis , Arinal hanya melihatnya karena takut akan mengganggu Amggia apabila  iamendekatinya. Perlahan lahan Arinal membuang daun daun dan dia telah berdiri di sampai Anggia tanpa di sadari oleh Anggia. Anggia sangat terkejut . menoleh di belakangnya sudah ada arinal di belakangnya. Dengan segera dia menghapus air matanya, agak malu Karena di dapatinya dia sedang menangis. Dan Arinal tidak dapat menahan perasaan hatinya ketika melihat anggia menangis. Segera dia duduk berlutut di bawah Anggia dan memegang tangan Anggia dengan lemah lembut. Arinal mengungkapkan perasaannya kepada Anggia dengan  terus terang. Anggia tak dapat berbuat apa apa, selain membiarkan Anggia berada di pangkuannya. Dengan penuh kasih sayang kepala Arinal di belai oleh anggia.
Setelah itu perlahan lahan Arinal berdiri dan menatap mata Anggia. Anggia sangat bahagia dan tak bias berkata apa apa. Arinal mengatakan bahwa ia ingin memperistri Anggia. Bagaimana perasaan Anggia mendengar semua perkataan Arinal, Cuma Tuhan yang tahu. Arinal tidak dapat di tipu oleh Anggia begitu saja. Dengan ke dua belah tangannya Arinal memegang bahu Anggia serta di tatapnya mata Anggia dengan tenang dan tajam. Sekarang Anggia tak dapat mengelak lagi. Tetapi Anggia tetap menolak walaupun sebenarnya ia juga mempunyai perasaan yang sama dengan Arinal.
Sementara itu Matahari telah condong ke barat dan Jauhari telah pulang. Waktu hidangan malam telah tersedia . Anggia di panggil oleh Jauhari untuk makan . Tetapi Anggia tidak mau makan. Dia sakit , kepalanya pusing . Ketika Jauhari melihatnya ke kamar Dia terlihat sangat pucat terbaring di tempat tidur. Jauhari menjadi cemas , karen aselama di Pariaman Anggia tak pernah sakit. Sampai jauh malam Anggia tak dapat memejamkan mata sedikitpun. Dia berpikir dan terus berpikir sampai otaknya lelah. Di hatinya timbul peperangan antara cinta dan perasaan. Apakah ia harus membalas cinta Arinal atau tidak.
Dengan pikiran yang tetap Anggia berdiri dari tempat tidur dan pergi ke meja tulis yang ada kamarnya. Dia hendak menulis surat untuk bibi Jauhari. Ia bertekad bulat untuk pergi pagi pagi sekali sebelum matahari terbit. Namun ia tak dapat berfikir bagaimana ia harus menulis kata yang tepat untuk ia sampaikan kepada bibinya itu. Sambil menutup mukanya ia mengeluh. Agak lama ia seperti itu hingga akhirnya ketenangan hati kembali kepadanya. Cepat dengan tidak memikirkan ini itunya lagi ia pun duduk di meja tulis dan menulis surat untuk bibinya. Setelah surat selesai, dengan wajah yang pucat ia menghampiri jendela. Bintang bintang gemerlapan bersinar.
Sekarang dia telah mengambil putusan untuk berangkat pagi. Di mulailah ia membereska pakaiannya sekedarnya saja yang dapat di bawanya dalam sebuah tas kecil. Yang lain ia tinggal dahulu dan akan di ambil jika dia telah mempunyai tempat tinggal yang tetap.
Anggia hendak pergi ke Bukittinggi. Karena hanya itu kota yang ia kenal di minangkabau. Di kota itu ada seorang kenalannya, tempat almarhum ibunya dan dia juga pernah menumpang di tempat itu. Maksud nya dia inign mencari pekerjaan di tempat itu. Setelah mempersiapkan semuanya diamencoba untuk tidur sebentar untuk menguatkan badan tetapi matanya tak mau terpejam juga.
Esok paginya , pukul tujuh Anggia belum juga bangun. Mula mula Jauhari tidak menaruh curiga dan kawatir . jauhari pergi ke kamar anggia hendak melihat Anggia. Tetapi, demi pintuny aterbuka ia heran tercengang . pintu itu tak terkunci dan Anggia tak ada di kamarnya. Tempat tidur pun rapi. Dari san mata jauhari melayang ke di pan di dekat dinding, sebab boleh jadi Anggia pindah tidur. Tetapi di situ pun tak ada dia. Hati Jauhari mulai cemas karena di manapun tak di temukan Anggia. Tib atib aia menemukan sebuah surat di atas meja, rupanya sengaja di taruh di tempat itu oleh Anggia supaya terlihat. Dengan hati berdebar debar , di ambil oleh Jauhari surat itu. Surat itu isinya sangat panjang. Yang isinya kira kira Anggia minta maaf apabila telah membuat repot Jauhari dan Arinal , dia pergi untuk bias mandiri ingin pergi mencari kerja, juga agar Arinal lebih bahagia dengan wanita lain.
Bukan main sedihnya hati Jauhari setelah mebaca surat Anggia tersebut. Jauhari cemas memikirkan nasib Anggia. Semua itu menjadikan pikiran Jauhari menjadi kacau. Lalu dia pergi mebawa surat itu kepada Arinal. Arinal pun sangat terkejut. Arinal membuka suratnya , dan tulisan Anggia menari nari karena tulisan anak yang sedang sakit.
Seperti orang bingung Arinal memandang wajah Jauhari. Pikiran yang aneh pun keluar daari hatinya. Arinal sangat bingung mengapa  dia pergi setelah diamengungkapkan pikirannya itu. Arinal hendak menyusul Anggia, dia tak rela Anggia pergi meninggalkannya. Setelah di ceritakan semua perasaan Arinal kepada Anggis. Di mata Jauhari tergenang air mata melihat keponakannya itu. Jauhari meminta Arinal untuk tenang dan sabar namun Arinal tetap saj tidak mau sabar dan hendak menyusul Anggia. Sehari hari, rumah itu menjadi sunyi senyap. Terasa benar oleh Jauhari dan Arinal kesepian di tinggal Anggia.
Setelah Anggia Murni sampai di Bukittinggi , ia terus pergi ke rumah tempat ia dulu menumpang dengan ibunya. Disan satu satunya orang yang di kenalnya di kota itu. Untung saja orang itu tak berkeberatan apabila Anggia tinggal di sana. Demikianlah setelah dia pergi ziarah ke makam almarhum ibunya, Anggia pergi mencari pekerjaan.  Dua hari setelah itu ia bekerja pada sebuah kantor di Bukittinggi.
Waktu ia menumpan gkereta api pertama di Pariaman, Bukittinggi, di stasiun padang panjang naiklah seorang perempuan yang mngambil tempat dudulk didekatnya. Sebagaimana kebiasan seorang penumpang pasti berkenalan dengan pwnumpang lainnya. Demikian wanita tadi jug aberkenalan dengan Anggia. Tertarik dengan oleh rupa cantik yang ramah tamah. Ternyata wanita itu adalah orang yang dahulu merawat Anggia sebelum di serahkannya ia kepada Zubaidah.
Kemudian mereka bercakap cakap , Anggia menceritakan semua asakl usulnya. Entah Karena apa atau karena dulu pernah ada hubungan antar mereka atau Karen a melihat budi bahasa perempuan itu , Anggia pun menceritakan kisah hidupnya . Entah bagaimana perasaan ibu itu mendengar cerita Anggia Murni tetapi ia telah berkeputusan untuk memperbaiki itu kembali. Iba hati wanita tadi mendengar cerita Anggia. Terasa oleh wanita tadi bahwa ayahnya tak di kenal. Ia tak berani menceritakan perihal bahwa Datuk Penghulu Sati adalah ayahnya,. Wanita itu lebih memilih untuk pergi sendiri ke Datuk dan menceritakan semuanya. Walaupun ia berdosa telah menukar Anggia dengan anak nya yang dia adalah Yusnani. Ia tak ragu apabila nanti Datuk marah padanya asal ia tak berbuat kesalahan lagi.
Demikianlah lusanya wnita itu pergi ke padang dan setelah bertemu dengan Datuk , lalu ia menceritakan kisah yang sebenarnya. Akan tetapi wanita itu dalam hatinya de dera oleh rasa berdosa, maka jalan ceritanya tidak begitu teratur.
Setelah mereka usai berunding , mereka pergi menyusul Anggia di Bukittinggi. Tetapi mereka tinggal dahulu di Pariaman menemui Arinal dan Jauhari.
Hari itu juga mereka pergi ke Pariaman dan di tempat Jauhari ia berkata bahwa ada kabar dari Fatimah. Bukan main terkejutnya mendengar cerita itu. Dan Arinal yang selama ini di penuhi rasa gelisah tiba tiba hatinya melambung tinggi seakan akan hendak melompat ke Bukittinggi mencari kekasihnya. Mereka tidakmau lama lam aberdiam diri. Ketiganya sama sma bergegas pergi kehendak menjemput Anggia. Tetapi atas permintaan Datuk Penghulu Sati biarlah Jauhari saja yang pergi bersama dia karena dia yang tahu tempat Anggia menumpang. Arinal tinggal di rumah bersama Fatimah. Rupanya Anggia memang di takdirkan untuk Arinal , sekarng mereka berdua menunggu Anggia kembali.
Malu benar rasanya Arinal Karen atelah cemburu pada Datuk Penghulu Sati. Hal itu di ceritakan kepada Jauhari dan mereka tertawa terbahak bahak.
Karena hari telah sore, nbarulah keesokan harinya mereka pergi ke Bukittinggi. Setiba di sana mereka langsung ke tempat Anggia menumpang. Kenetulan Anggia telah pulang dari kantor. Betapa terkejutnya Anggia melihat JAuhari dating bersam Datuk Penghulu Sati. Datuk penghulu sati segera memeluk Anggia dan menceritakan semuanya kepada Anggia perihal yang di ceritakan Fatimah kepadanya.
Dengan air mata yang berlinang Jauhari dan Datuk memandang Anggia. Dan segera membawa Anggia kembali ke Pariaman. Yusnani minta maaf pada Anggia dengan semua sikapnya kepada Anggia selama itu. Sesudah itu Mereka kembali, dan telah din anti oleh Arinal. Kemudian di tetapkan pada waktu itu juga bahwa Anggia dan Arinal menikah sebulan setelah itu.
Ya sesudah hujan datanglah panas !
Asam di gunung garam di laut
Berjumpa dalam belanga
Meskipun jauh di seberang sana
Kalau untung bertemu juga.


Perum Penerbitan dan Percetakan
BALAI PUSTAKA
BP NO. 1976

Hak pengarang dilindungi oleh undang undang
Cetakan pertama – 1956
Cetakan kedua    - 1962
Cetakan ketiga    - 1964
Cetakan keempat    - 1976
Cetakan kelima    - 1984
Cetakan keenam    - 1992
Cetakan ketujuh    - 1993
Oleh : Ny. Ilyas Yohanisoen
-cet. 7. –Jakarta : Balai Pustaka, 1993
    127 hlm.    : ilus. ; 21 cm.- ( Seri BP no. 1976 )
Fiksi. I. Judul. II. Seri.
ISBN 979-407-447-0

2 komentar:

  1. Novel kesukaan saya wkt msh di SMP. dulu lupa judulnya. Untunglh skrg ketemu judulnya

    BalasHapus
  2. Buku yg paling sy suka waktu SMA. Setiap jam istirahat ke perpus membaca2. Ketemu novel anggia murni, dan menjadi bacaan yg plg berkesan.

    BalasHapus